Kamis, 08 Oktober 2020

Indonesia berkata siap bantu pengungsi

Departemen Luar Negara Indonesia melaporkan siap menolong para pengungsi yang terdampar di perairan Indonesia, meski dini minggu ini Tentara Nasional Indonesia(TNI) memohon satu kapal migran kembali ke perairan internasional.

Dalam jumpa pers pada Rabu( 13/ 05), juru bicara Departemen Luar Negara, Arrmanatha Nasir, berkata pemerintah menjajaki prinsip non- refoulement walaupun Indonesia bukan penandatangan Kesepakatan Internasional menimpa Status Pengngsi tahun 1951.

Prinsip non- refoulement melarang penolakan serta pengiriman pengungsi ataupun pencari suaka ke daerah tempat kebebasan serta hidup mereka terancam sebab alasan- alasan tertentu semacam alibi ras, agama, ataupun kebangsaan.

" Intinya, apabila terdapat refugee( pengungsi) yang masuk ke perairan Indonesia serta memerlukan dorongan, itu hendak diberikan dorongan. Semacam yang terjalin pada 582 orang pada 10 Mei kemudian. Apabila esok terdapat perihal yang sama, itu yang hendak kita jalani," kata Arrmanatha.

Memutar arah

Tetapi satu hari tadinya, juru bicara Tentara Nasional Indonesia(TNI), Mayor Jenderal Fuad Basya mengakui Tentara Nasional Indonesia(TNI) memohon suatu kapal pengungsi Rohingya yang terletak di perairan Aceh buat memutar arah serta tidak mendarat di daerah Indonesia, pada Minggu( 10/ 05).

Satu kapal pengungsi yang lain mendarat di Aceh Utara dengan mengangkat 582 orang asal Myanmar serta Bangladesh UNGA .

Tetapi, bagi Arrmanatha, Tentara Nasional Indonesia(TNI) tidak memohon kapal pengungsi Rohingya buat memutar arah.

" KRI Sutanto berjumpa dengan suatu kapal pengungsi di Selat Malaka. Kapal itu memohon dorongan santapan, air bersih, serta bahan bakar. Sehabis seluruhnya diberikan, mereka berpisah karena kapal pengungsi berkata kalau mereka tidak hendak ke Indonesia. Masa kita paksa?" kata Arrmanatha.

Pemecahan jangka panjang

Salah seseorang pengungsi yang saat ini ditampung di Aceh Utara, Muhammad Husen, mengaku ia serta rekan- rekannya semula hendak ke Malaysia serta tidak mau kembali ke kampung taman di Myanmar ataupun Bangladesh.

" Kita tidak ingin balik. Di mari banyak orang sayang kita. Kita dipecah santapan, dipecah kain, dipecah sabun. Mereka bilang,‘ Jangan khawatir. Ini di Aceh, Indonesia. Seluruh muslim. You orang jangan khawatir’. Tetapi kita memanglah betul- betul tidak khawatir, mereka sayang kita," kata Husen.

Sampai saat ini belum jelas apa yang hendak dicoba terhadap Mohamad Husen serta 581 pengungsi lain dari Bangladesh serta Rohingya asal Myanmar.

Informasi tubuh pengungsi PBB menampilkan ada nyaris 12. 000 pengungsi serta pencari suaka yang ditampung di Indonesia, tercantum pengungsi etnik Rohingya.

Serta pemecahan jangka panjang saat ini menunggu pemerintah, semacam diungkapkan Akmal Haris dari Organisasi Internasional buat Migrasi( IOM).

" Para pengungsi saat ini ditempatkan di bangunan sisa tempat pelelangan ikan yang tidak sempat dipakai di Kuala Cangkoi, Aceh Utara. Tetapi, pemecahan kami kembalikan lagi kepada pemerintah, dalam makna penindakan lanjutnya semacam apa. IOM di mari berfungsi menolong logistik, terpaut pemberian santapan serta kesehatan," jelas Haris.

Tidak hanya ribuan pengungsi yang mendarat di Aceh serta Langkawi, Malaysia dini minggu ini, diperkirakan ada ribuan orang yang masih terkatung- katung di perairan Malaka serta sekitarnya.

Militer Thailand serta Malaysia sudah melaporkan menolak kedatangan mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar